Jumat, 28 Desember 2012

Wahai Ibu, maksimalkanlah potensimu


     Wajah generasi mendatang bisa diprediksi dari kualitas ibu di masa sekarang. Fakta yang saat ini di masyarakat bisa kita jumpai dua tipe golongan ibu. Ibu karier, dan ibu rumah tangga.
     Ibu golongan pertama, akan menggaji asisten untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci, menyertika, memasak, menemani putra-putri mereka selama bekerja. Bisa juga mereka meminta bantuan kerabat maupun orang tua untuk menjaga anak mereka. Urusan pekerjaan rumah tangga bisa meminta orang lain mengerjakannya dengan sistem kerja setengah hari. Tenaga, pikiran dan waktu mereka habiskan untuk pekerjaan.
     Ibu rumah tangga bisa dikategorikan menjadi dua, golongan pertama ibu rumah tangga tulen yang menghabiskan waktunya di rumah untuk mengurusi semua pekerjaan rumah tangga, mendampingi suami dalam mendidik buah hati mereka. Sedang ibu golongan kedua yaitu ibu yang bebas mengatur waktunya. Untuk urusan rumah tangga  diselesaikan dengan menggaji orang. Tugasnya hanya mengurusi suami tercinta, maupun menghabiskan waktunya untuk bersosialisasi. Namun, tidaklah penting menjadi golongan yang mana, semua adalah pilihan.
     Menjadi ibu memang tidak mudah. Ada beberapa pos pengeluaran yang selalu ada di benak mereka: kebutuhan pokok, rumah, kendaraan, kesehatan, pendidikan, tabungan, dan rekreasi. Untuk kebutuhan pokok, kaum ibu biasanya lupa demi alasan praktis dan tidak mau repot, mereka menyediakan makanan yang tidak sehat. Dampaknya anak mudah sakit sehingga harus menambah anggaran obat yang seharusnya bisa dicegah dengan konsisten memberikan makanan maupun camilan bergizi. Bahkan miris sekali melihat fenomena ibu-ibu yang mengganti ASI dengan susu formula, yang dilihat dari sisi manapun ASI tetap lebih baik dari pada susu formula sebaik apapun kualitasnya.
Bagaimana gambaran kaum ibu mendidik anak-anak mereka? Sejak usia 2 tahun, mereka dititipkan baik di nenek maupun di tempat penitipan anak. Sekarang ini banyak sekali ditemui anak sd yang pulang ke rumah setelah adzan ashar. Waktu mereka sudah habis di sekolah dari pagi sampai sore hari. Padahal anak seusia mereka seharusnya lebih banyak menghabiskan waktu untuk berekplorasi dan bereksperimen tentang semua ilmu yang baru mereka dapatkan. Mungkin jika disurvei sebagian besar anak-anak akan menjawab “capek” setelah pulang sekolah. Waktu untuk bercerita ke ayah atau ibu tidak ada. Malam mereka harus mengerjakaan peer atau tidur karena badan lelah. Ibu dan ayah pun mengalami hal yang sama.
Anak remaja usia SMP dan SMA menghabiskan sebagian besar waktunya kalau tidak di sekolah, ya di tempat privat agar mereka bisa mendapat nilai bagus dan masuk perguruan tinggi terbaik. Pendidikan menjadi ajang prestis bagi sebagian besar orang tua. Mereka lebih bangga anak-anak mereka masuk di sekolah RSBI atau swasta yang mahal daripada memasukkan anak-anak mereka ke sekolah negri apalagi jika ditambah les privat, baik pelajaran sekolah, bahasa asing, maupun keahlian. Maka tidak heran, pos biaya pendidikan menguras pendapatan yang ada.
     Jika ibu mau berfikir ke depan. Sebenarnya ini semua bisa disiasati. Anak tidak usah dimasukkan ke tk, sejak anak dalam kandungan sampai usia 7 tahun ibulah yang mendidiknya secara langsung. Mendidiknya untuk mengenal agamanya maupun pengetahuan dasar. Setelah anak memasuki sd, ibu bisa saja memasukkan anaknya ke sekolah negri pada umumnya yang jam sekolahnya lebih pendek. Sisa waktunya bisa dihabiskan di rumah untuk menolong anak untuk memahami konsep dasar ilmu yang dipelajari di sekolah. Ibu juga bisa mencari buku-buku penunjang sekolah dan berusaha memahaminya kembali sehingga anak akan menjadikannya sebagai tempat bertanya mulai dari pelajaran sekolah sampai masalah apapun. Jika anak sudah terbiasa mandiri, dia pasti tidak akan membutuhkan bimbingan belajar dan privat di luar rumah.
     Keluarga ideal adalah keluarga yang semua anggotanya memahami posisi dan peran masing-masing. Masing-masing mereka menjalani kewajiban dan berusaha maksimal. Ayah akan menjadi pemimpin yang penuh kasih sayang dan amanah agar orang-orang yang dipimpinnya dalam keadaan baik dan aman. Ibu akan memaksimalkan potensinya untuk mendidik dan mematuhi suami. Anak-anakpun dididik dengan teladan dan kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Mereka akan menjadikan ayah dan ibu sumber pertama mereka dalam memutuskan sesuatu. Mereka adalah keluarga kuat dan kompak yang siap menghadapi tantangan kehidupan.
      
                                           by Vidya Putria Rawas 
(my sista)