Wajah
generasi mendatang bisa diprediksi dari kualitas ibu di masa sekarang. Fakta
yang saat ini di masyarakat bisa kita jumpai dua tipe golongan ibu. Ibu karier,
dan ibu rumah tangga.
Ibu
golongan pertama, akan menggaji asisten untuk membantunya mengerjakan pekerjaan
rumah seperti mencuci, menyertika, memasak, menemani putra-putri mereka selama
bekerja. Bisa juga mereka meminta bantuan kerabat maupun orang tua untuk
menjaga anak mereka. Urusan pekerjaan rumah tangga bisa meminta orang lain
mengerjakannya dengan sistem kerja setengah hari. Tenaga, pikiran dan waktu
mereka habiskan untuk pekerjaan.
Ibu
rumah tangga bisa dikategorikan menjadi dua, golongan pertama ibu rumah tangga tulen
yang menghabiskan waktunya di rumah untuk mengurusi semua pekerjaan rumah
tangga, mendampingi suami dalam mendidik buah hati mereka. Sedang ibu golongan
kedua yaitu ibu yang bebas mengatur waktunya. Untuk urusan rumah tangga diselesaikan dengan menggaji orang. Tugasnya
hanya mengurusi suami tercinta, maupun menghabiskan waktunya untuk
bersosialisasi. Namun, tidaklah penting menjadi golongan yang mana, semua
adalah pilihan.
Menjadi
ibu memang tidak mudah. Ada beberapa pos pengeluaran yang selalu ada di benak
mereka: kebutuhan pokok, rumah, kendaraan, kesehatan, pendidikan, tabungan, dan
rekreasi. Untuk kebutuhan pokok, kaum ibu biasanya lupa demi alasan praktis dan
tidak mau repot, mereka menyediakan makanan yang tidak sehat. Dampaknya anak
mudah sakit sehingga harus menambah anggaran obat yang seharusnya bisa dicegah
dengan konsisten memberikan makanan maupun camilan bergizi. Bahkan miris sekali
melihat fenomena ibu-ibu yang mengganti ASI dengan susu formula, yang dilihat
dari sisi manapun ASI tetap lebih baik dari pada susu formula sebaik apapun
kualitasnya.
Bagaimana gambaran
kaum ibu mendidik anak-anak mereka? Sejak usia 2 tahun, mereka dititipkan baik
di nenek maupun di tempat penitipan anak. Sekarang ini banyak sekali ditemui
anak sd yang pulang ke rumah setelah adzan ashar. Waktu mereka sudah habis di
sekolah dari pagi sampai sore hari. Padahal anak seusia mereka seharusnya lebih
banyak menghabiskan waktu untuk berekplorasi dan bereksperimen tentang semua
ilmu yang baru mereka dapatkan. Mungkin jika disurvei sebagian besar anak-anak
akan menjawab “capek” setelah pulang sekolah. Waktu untuk bercerita ke ayah
atau ibu tidak ada. Malam mereka harus mengerjakaan peer atau tidur karena
badan lelah. Ibu dan ayah pun mengalami hal yang sama.
Anak remaja usia
SMP dan SMA menghabiskan sebagian besar waktunya kalau tidak di sekolah, ya di
tempat privat agar mereka bisa mendapat nilai bagus dan masuk perguruan tinggi
terbaik. Pendidikan menjadi ajang prestis bagi sebagian besar orang tua. Mereka
lebih bangga anak-anak mereka masuk di sekolah RSBI atau swasta yang mahal
daripada memasukkan anak-anak mereka ke sekolah negri apalagi jika ditambah les
privat, baik pelajaran sekolah, bahasa asing, maupun keahlian. Maka tidak
heran, pos biaya pendidikan menguras pendapatan yang ada.
Jika
ibu mau berfikir ke depan. Sebenarnya ini semua bisa disiasati. Anak tidak usah
dimasukkan ke tk, sejak anak dalam kandungan sampai usia 7 tahun ibulah yang
mendidiknya secara langsung. Mendidiknya untuk mengenal agamanya maupun
pengetahuan dasar. Setelah anak memasuki sd, ibu bisa saja memasukkan anaknya
ke sekolah negri pada umumnya yang jam sekolahnya lebih pendek. Sisa waktunya
bisa dihabiskan di rumah untuk menolong anak untuk memahami konsep dasar ilmu
yang dipelajari di sekolah. Ibu juga bisa mencari buku-buku penunjang sekolah
dan berusaha memahaminya kembali sehingga anak akan menjadikannya sebagai
tempat bertanya mulai dari pelajaran sekolah sampai masalah apapun. Jika anak
sudah terbiasa mandiri, dia pasti tidak akan membutuhkan bimbingan belajar dan
privat di luar rumah.
Keluarga
ideal adalah keluarga yang semua anggotanya memahami posisi dan peran
masing-masing. Masing-masing mereka menjalani kewajiban dan berusaha maksimal.
Ayah akan menjadi pemimpin yang penuh kasih sayang dan amanah agar orang-orang
yang dipimpinnya dalam keadaan baik dan aman. Ibu akan memaksimalkan potensinya
untuk mendidik dan mematuhi suami. Anak-anakpun dididik dengan teladan dan
kasih sayang dari kedua orang tua mereka. Mereka akan menjadikan ayah dan ibu
sumber pertama mereka dalam memutuskan sesuatu. Mereka adalah keluarga kuat dan
kompak yang siap menghadapi tantangan kehidupan.
by Vidya Putria Rawas
(my sista)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar